Rabu, 21 Oktober 2015

kepergian mu



          Aku benci kamu! Benci, tega banget kamu ninggalin aku, kamu minta aku nunggu kamu. Tapi kenyataanya apa Riz, kamu ninggalin aku. Kamu tahu gimana perasaan aku. Sakit Riz, sakit. Dasar pembohong!
Tapi percuma, sampai aku nangis darah pun kamu juga gak bakalan kembali, Allah udah ambil kamu dari aku untuk selamanya. Tiga tahun lalu, di Taman Kenangan,
            “Sayang, hari ini aku mau pergi, tapi yakinlah aku pasti pulang, dan kamu harus bisa sabar dan tegar hadapi kenyataan yang ada ya!. Jaga dirimu baik-baik, jangan lupakan shalat lima waktu, dan jadikan sabar dan salat sebagai penolongmu.” Katamu waktu itu, dan menjadi kata terakhir darimu yang ku dengar, dan kamu kecup dahi ku untuk yang terakhir kalinya juga.
Dan setelah hari itu, tak pernah lagi ada kabar tentang mu, dan selama itulah aku sselalu menanti dirimu tanpa kepastian, tak pernah lelah aku mencari kabar tentang mu, meski hasilnya nihil, dan sampailah batas di mana aku harus pasrah, merelakan dirimu pergi. Karena aku juga tahu resiko menjadi dirimu, mengabdi pada Negara yang saat ini tengah kacau balau. Aku menerima dengan lapang dan melupakan.
            Dan saat aku telah rela, seorang sahabat datang kepadaku hembuskan kabar tentang mu, dan saat itu aku juga sadar betapa aku belum bisa sepenuhnya rela melupakanmu, aku masih menyimpan cinta, kamu masih menjadi seseorang yang aku nanti, dan sangat berarti. Aku bahagia mendengarnya.
            Berbekal informasi darinya, aku kembali mencari mu, namun lagi-lagi ku harus kecewa. Setelah sekian kali aku bertanya, semuanya, semua informasi mereka membawa ku ke sini, sepetak tanah merah bertabur mawar tengah menanti ku.
Hati rapuhku kembali terguncang, dan aku harus hadapi kembali kenyataan ini dengan kesendirian. “Mas Fariz, aku selalu mencintaimu, semoga Allah memberi mu tempat yang terindah, dan mengumpulkan mu dengan orang-orang yang beruntung.”
            Ya Allah, beri aku kekuatan tuk arungi kehidupan ini, sabarkan aku dalam menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Beri aku ganti yang lebih baik, dan jadikan aku yang terbaik untuknya, dan jjadikan aku ibu yang baik untuk ana-anak ku kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar